Senin, 23 Desember 2013

 

Rabu Akhir Safar

NAHAS HARI  RABU
Allah berfirman :
Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”.
(Q.S. Al-Qomar : 19)

            Yaitu hari Rabu, berdasar dalil yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a, ia berkata : “Rasulullah saw telah ditanya tentang hari rabu. Lalu Beliau saw menjawab : “Hari Rabu adalah hari nahas yang terus menerus”.
               Mereka bertanya : “Kenapa bisa demikian, ya Rasulullah ?”.
            Jawab : “Karena pada hari itu Allah telah menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, memusnahkan kaum Aad dan Tsamud, yaitu kaum Nabi Sholeh”.

            (Uraian): sebagian ulama’ mengatakan bahwa Allah telah membinasakan tujuh kaum yang kafir pada hari rabu dengan tujuh macam azab, mereka itu adalah :
pertama   :  Auj bin Unuq dibinasakan dengan burung Hudhud.
Kedua      :  Qorun dibinasakan dengan dibenamkan ke dalam tanah.
Ketiga   : Fir’aun dan pasukannya dibinasakan dengan ditenggelamkan ke dalam  sungai Nil.
Keempat : Namrud dibinasakan dengan nyamuk.
Kelima     : Kaum Luth dibinasakan dengan batu.
Keenam  : Syidad bin Aad dibinasakan dengan suara jeritan Jibril as.
Ketujuh   : Kaum Aad dibinaskan dengan angin yang kencang.

            Diambil dari Kitab As Sab’iyyaatu fil Mawaa’idhil Barriyyat karya Al Imam Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdurrahman Al-Hamdaani.

-------------------------------------------------------------------------

RABU AKHIR BULAN SHAFAR.

            Kata Ulama’ disebut di dalam Kitab Al-Jawahir ; Allah Ta’ala menurunkan bala’ pada tiap-tiap tahun sebanayak 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) bala’. Semua itu diturunkan sekalian pada hari rabu akhir shafar. Maka pada hari itu keadaannya lebih payah daripada setahun. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhamad bin Ismail Daud Al-Fathoni di dalam kitabnya “ Al-Bahjatul Mardhiyah”.
            Jelaslah bahwa hari rabu adalah hari nahas, terutama pada hari rabu  di akhir bulan shafar, sebagian ulama’ mengakui turunnya bala’ ke dunia ini besar-besaran pada akhir bulan shafar.

            Golongan ulama’–ulama’ salaf lebih detail mengatakan bahwa setelah 1 Muharam (tahun baru Islam), seluruh catatan dan amaliah manusia baik maupun jelek diangkat kelangit dan diperhitungkan dengan seksama. Amal yang baik ditandon di langit dan ada kalanya diturunkan di bumi, sedangkan amal-amal jelek/buruk serta dosa-dosa manusia diturunkan kembali ke bumi, dibuang ke laut (ada yang mengatakan menjadi buaya-buaya dan binatang-binatang laut lainnya). Tetapi lautan yang begitu luas tidak menampung banyaknya dosa-dosa tersebut, yang akhirnya meluber kedaratan menjadi berbagai penyakit, musibah, bala’ dan bencana.           
Hal ini terjadi secara serempak dan total pada hari rabu di akhir bulan shafar. Wallohu a’lam bishshowwab.

            Sebaliknya sebagai perimbangannya ada yang dinamakan rahmat, barakah, ada yang dinamakan hidayah, yang semua ini diturunkan pada waktu-waktu tertentu. Seperti pada bulan Rajab, Sya’ban, Ramadlon, Dzulhijjah dan Muharram. Nyatalah bahwa Tuhan telah mengatur perimbangan yang sangat sempurna antara yang baik dan buruk dengan perbandingan 1 : 10. seperti yang dijelaskan di hadist bahwa kebaikkan 1 di balas dengan sepuluh sedangkan kejahatan 1 di balas 1.
            Perbandingan ini sebenarnya telah menunjukkan sifat Rahman dan Rahimnya Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi manusianya sendirilah yang tak mau berfikir dan bersyukur dalam perjalanan hidupnya. Sehingga walaupun telah didespensasi seperti itu, tetap saja manusia banyak kesalahan dan dosa yang dilakukan.
            Dan yang lebih parahnya manusia selalu ingin instan (langsung jadi) dalam melakukan penebusan-penebusan dosanya, sedangkan dengan jelas Allah melalui Rasul-Nya telah menunjukkan cara-caranya dan diberi waktu-waktu yang penuh dengan bonus pahala, tetapi tetap saja manusia tidak mau mencari secara sungguh-sungguh dan jelasnya tidak mau proses secara alami alias tidak mau sengsara.
            Lebih jelasnya dalam setahun Allah Ta’ala menurunkan kebaikkan dan keburukan di bagi dalam bulan-bulan tertentu yang mempunyai kelebihan sendiri-sendiri, antara lain :
  1. Bulan Rajab kelebihannya ada pahala puasa sunnah dan istighfar rajab. Kejadian pada waktu itu adalah Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad saw.
  2. Bulan Sya’ban terkenal dengan Nisyfu Sya’ban.
  3. Bulan Ramadlon dengan puasa wajibnya dan terkenal dengan Malam Lalilatul Qadarnya.
  4. Bulan Dzulhijjah terkenal dengan haji & puasa sembilan hari pertamanya, terutama Hari Arafah dan Hari Tarwiyahnya.
  5. Bulan Muharrom terkenal dengan Doa Akhir & Awal Tahunnya serta hari Asyuranya.
  6. Kemudian sebagai perimbangannya dalam setahun itu diturunkan sekaligus keburukan (bala’, bencana, penyakit dan wabah) di akhir bulan shafar.
Keterangan :
Kejahatan atau keburukan yang dimaksud dimuka bumi ini, ada beberapa macam yang bisa dipilah seperti :
  1. Kejahatan yang turun dari langit., seperti wabah penyakit, udara buruk, topan, petir, rihul ahmar, kuman, penyakit yang berterbangan diudara dan sebagainya.
  2. Kejahatan yang naik ke langit., seperti catatan amal buruk yang dibawah oleh malaikat kelangit, ruh-ruh orang orang jahat, Iblis serta anak buahnya yang mencuri berita dilangit yang kemudian menyebarkannya dengan ditambah berbagai berita bohong.
  3. Kejahatan yang terjadi di muka bumi. seperti gangguan syetan, jin dan manusia, binatang buas, kezaliman, hasut, fitnah, niat jahat, kecelakaan, peperangan dan sebagainya.
  4. Kejahatan yang keluar dari bumi.seperti gempa bumi, gunung meletus, gas beracun, binatang-binatang yang keluar dari bumi (ular, kalajengking dll).
            Oleh sebab itu wahai saudara-saudaraku sesama muslim, kita dituntut untuk selalu berdoa memohon perlindungan kehadirat Allah Ta’ala dari segala musibah atau kejahatan tersebut dalam setiap waktu dan tempat. Khususnya pada hari rabu di akhir bulan shafar ini, marilah bersama-sama kita memohon perlindungan dengan membaca doa dan wirid yang dilakukan secara jama’ah.

            Inilah tata cara ritual hari rabu akhir shafar, dengan sholat sunnah tasbih (2 atau 4 rakaat) kemudian dilanjutkan dengan sholat daf’ul bala’ wal waba’ (2 raka’at). Hal ini dilaksanakan sebaiknya sesudah sholat maghrib pada hari selasa malam.
 
Sumber:  http://renungangusis.blogspot.com/2011/01/rabu-akhir-safar.html
 

0 komentar:

Posting Komentar