dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung (Ali Imron:104)
Hari itu adalah hari yang paling menyenangkan bagiku, karena hari itu
untuk pertama kali kuinjakkan kaki asaku di kampus ini, menjadi seorang
mahasiswa. Sebuah harapan masa depan yang tidak semua orang bisa
seberuntung ini mendapatkan kesempatannya.Namun betapa kagetnya diriku
ketika masuk ke dalam area kampus, banyak sekali mahasiswi yang
pakaiannya ‘aneh’, dan itulah awal kejengkelanku di kampus ‘Islam’ ini
bermula. Sebagai anak kampung nan polos hal itu cukup menampar
perasaanku. begitu pula saat pembagian kelas. tidak sedikit mahasiswi
yang berpenampilan super minim, meski pakai kerudung. Kalo orangnya
biasa-biasa aja sih gak masalah. Masalahnya hampir semua ceweknya super
cantik-cantik (hehe, maaf jujur),
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat fenomena itu, mengingat ini
adalah fakultas pendidikan dan keguruan, ditambah lagi waktu itu adalah
bulan suci ramadhan, aku yakin itu adalah awal mula ramadhanku rusak dan
tak maksimal. Sampai-sampai aku pernah membuat slogan untuk kampus
ini,”tak ada celah disini untuk tidak menjumpai maksiat, kalo ada cewek
di kiri, kita membuang muka ke kanan, eh,,di kanan ada juga.
Sampai-sampai sebelum berniat jelek kita udah maksiat duluan’.
Ternyata kampus tidak hanya sebagai pusat godaan, namun juga sarang
kesesatan. Dalam perjalananku sebagai seorang aktivis muslim (sebenarnya
pasifis muslim,hehe) banyak sekali kudapati isu-isu liberalism,
feminism, bahkan komunisme berdesir kencang di kampus ini. Dan sering
meracuni fikiran para aktivis kampus yang lagi getol-getolnya bicara
pergerakan, (namun maaf, jarang ngaji). Dan terkadang birokrasi kampus
pun tidak bisa berbuat banyak untuk menanggulangi itu.
MENTORING KEISLAMAN DAN LDK (Lembaga Dakwah Kampus)
Keberadaan
kegiatan Mentoring dan LDK di tengah kegiatan kampus memang sangat
tepat untuk mengislamisasi kampus. Di dalam sebuah universitas,
Mentoring merupakan satu kegiatan keislaman kampus yang dimasukkan dalam
kalender akademik, diadakan sekali dalam sepekan tepatnya pada hari
sabtu, karena hari sabtu merupakan hari kosong perkuliahan. Sedangkan
LDK adalah suatu organisasi keislaman kampus yang bertujuan islamisasi
kampus. Keduanya eksis Sebagai konsekuensi dari penghadapan para
mahasiswa yang bersifat heterogen, juga sebagai jawaban atas tuntutan
dakwah. maka eksistensi mentoring dan LDK keislaman bertujuan untuk
pengenalan dan pendalaman nilai-nilai keislaman pada mahasiswa, terutama
yang angkatan baru, oleh karena itu mentoring dan LDK (seharusnya)
bersifat wajib di kampus-kampus. Kegiatannya bermacam-macam, secara
teknis diserahkan sepenuhnya kepada pementor atau organisasi yang
menjadi wadah, bisa berbentuk kajian tsaqofah, diskusi keislaman,
ataupun perbaikan bacaan alqur’an (tahsin). Dengan begitu diharapkan
semua mahasiswa baru dibekali dengan nilai-nilai spiritualitas islam.
Mentoring dan LDK, dakwah yang sesungguhnya…
Dakwah Islam adalah suatu gerakan islam yang bertujuan menyadarkan dan
mengembalikan ummat pada keadaan yang semestinya, yaitu sebagai hamba
yang secara total bertanggung jawab atas eksistensi dirinya untuk
beribadah kepada Allah, menjalankan segala perintah dan menjauhi
larangannya, maka tidak akan pernah sampai pada titik itu tanpa adanya
ilmu sebagai pencerah, oleh karena itu bentuk-bentuk kegiatan dakwah
sangat beragam, biasanya dakwah berbentuk suatu kajian keislaman di
masjid-masjid. Sang ustad/dai menerangkan ilmu agama secara ‘jujur’ dan
jelas, kemudian masyarakat mendengarkan dengan antusias. Namun di sisi
lain, Dalam lingkungan kampus, Sebagaimana yang saya paparkan diatas
sebelumnya bahwa keadaan mahasiswa ini sangat heterogen, tidak hanya
oleh begitu banyaknya mahasiswa yang belum tahu tentang dasar-dasar
islam, belum bisa membaca alqur’an, ataupun yang masih awam dalam urusan
ilmu-ilmu syar’ie seperti aqidah, akhlaq, lebih-lebih ilmu Feqih.
Serta sangat minimnya antusiasme para mahasiswa untuk menuntut ilmu
syar’ie di dalam kampus, meskipun banyak sekali organisasi keislaman
yang mengadakan kajian-kajian keislaman, yang datang Cuma beberapa
mahasiswa. Mereka lebih cenderung mengikuti kegiatan-kegiatan yang
berbau fun n’ free, sudah bisa disimpulkan ketika suatu kali ada acara
kampus yang berbarengan, kajian keislaman dengan festival band, mana
yang lebih meriah??.
Itulah yang menjadikan alasan betapa mentoring dan LDK merupakan
dakwah yang sesungguhnya, karena para dai harus benar-benar totalitas
dalam mengajak mahasiswa kepada nilai-nilai keislaman dengan berbagai
batu sandungan yang terkadang membuat para mentor mengelus dada,dan
lebih dalam lagi, kegiatan mentoring dan LDK berhadapan langsung dengan
ideologi-ideologi non syar’ie yang berkembang dikalangan mahasiswa yang
kebanyakan memiliki tingkat intelejensi yang tidak rendah. Seperti para
aktifis yang teracuni paham sekuler, liberal, feminis, dll,mereka
bukanlah mahasiswa yang bodoh, untuk menghadapi dan mencegah penyebaran
pengaruhnya butuh kekuatan yang lebih, ilmu yang mumpuni, dan tingkat
keberanian juga kesabaran yang tinggi, itu akan menjadi tantangan
tersendiri bagi para aktivis mentoring dan LDK ini dalam pengemasannya
di kegiatan mentoring dan LDK.
PEMENTOR BUKAN MALAIKAT
Sebagaimana yang terjadi di kebanyakan instansi ataupun organisasi,
bahwa sistem tidak selalu menciptakan kemudahan sebagaimana yang
diharapkan, bahkan terkadang bisa menjadi sebuah boomerang bagi
organisasi untuk mencapai keefektifan dalam manajerial. Semakin banyak
system itu dipegang oleh orang-orang yang tidak kompeten maka semakin
sulit system itu berjalan. Maka dalam mentoring dan LDK, tak khayal
terjadi kefakuman tujuan, alias stagnasi hasil, apalagi sebagaimana yang
kita ketahui, bumbu-bumbu keislaman adalah hal pertama yang paling
tidak diminati oleh mahasiswa. Bahkan tidak jarang spanduk-spanduk
keislaman seperti jilbabisasi hilang begitu saja.
Mereka hanya terpaku pada dua point, intelektualitas akademisi dan
pergerakan kampus.maka tidak jarang dijumpai acara BEM lebih ramai
daripada acara kajian di masjid kampus. Untuk itulah ketika kita
mengamati keadaan seperti itu, para pementor benar-benar membutuhkan
nilai perjuangan yang tinggi daripada para aktivis yang lain, lebih
lebih nilai kesabaran, karena melihat kecilnya harapan, jauh dari yang
sebagaimana diharapkan. Bahkan terkadang persiapan yang sudah sangat
matang pupus begitu saja karna sedikitnya peserta.
Disisi lain, perbedaan fikroh(pemikiran) para aktivis dakwah cukup
mempengaruhi alur dakwah di dalam kampus, keberagaman fikroh tersebut
membuat islam terkotak-kotak dari dalam, bahkan terkadang sifat
ashobiyah(fanatik golongan) benar-benar menjadi penghalang, seperti
gagalnya suatu kegiatan keislaman karena tidak menemukan titik temu saat
berdebat dalam koordinasi penentuan pengisi acara. Lebih parah lagi
ketika sebuah gerakan konspirasi bergerak lembut di dalam suatu
organisasi dakwah untuk kepentingan golongan tertentu. Ironis memang,
Manusia tetaplah manusia, hanya bisa merencanakan, Allah lah yang
memutuskan hasilnya. Setidaknya niat tulus para pementor juga
kesungguhan dalam berdakwah di dalam kampus akan menjadikan titik temu
antara ikhtiar dan tawakal.
Harapan itu masih (selalu) ada…
dan
di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk
dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan
keadilan.(Al A’raf: 181)
Dengan bekal keimanan serta hasrat yang tinggi untuk meninggikan
kalimatullah dengan sangat tinggi di muka bumi, maka langkah-langkah
kecil para pejuang peradaban islam di kampus memberikan suatu warna
tersendiri dalam perjuangan ini, peluh keringat, pengorbanan waktu,
bahkan air mata yang menetes di sela-sela perjuangan dakwah ini
menunjukkan, betapa mulianya para penggembar-gembor akidah ini, meskipun
dengan hasil yang menyakitkan, terror dan ancaman para sekuleris
kampus, bahkan aparat keamanan. tidak menyurutkan langkah-langkah ini
dalam menempuh jalan yang lurus, menyampaikan kebenaran dan memurnikan
aqidah islam dalam lingkungan kampus.
Untuk para pejuang peradaban, mari kita singkirkan sejenak egoism
diri, dan fanatisme golongan, kita kembali dalam langkah abadi ini, atas
nama Allah yang menyeru kepada keindahan syurga, kita rapatkan barisan,
kita saling menggengam kebenaran, dengan Alqur’an dan sunnah Rasulullah
sebagai satu-satunya pedoman, berlarilah, hingga kaki terseok-seok dan
berdarah-darah. Namun jangan pernah berhenti. Karena kita, adalah
orang-orang terpilih, para penyeru kebenaran,sebagai oase segar di
tengah-tengah kegersangan kampus, atas nama islam…Allahu Akbar..!!
Sumber : http://achadinerz.blogspot.com/2011/03/mentoring-dan-ldk-oase-islam-di-padang.html